Blogger Widgets catatan online ku: BUDAYA,CIRI KHAS DAN MAKANAN KOTA LAMONGAN

Kamis, 03 September 2015

BUDAYA,CIRI KHAS DAN MAKANAN KOTA LAMONGAN



BUDAYA,CIRI KHAS DAN MAKANAN LAMONGAN
LAMONGAN adalah salah satu kabupaten di Jawa Timur yang mengalami pembangunan sangat cepat, terutama infrastruktur, industri dan wisata. Sejak satu dasawarsa terakhir, Lamongan dikenal sebagai daerah yang beberapa kali meraih penghargaan otonomi award dari propinsi Jawa Timur dan dari lembaga swadaya masyarakat (LSM). Keberhasilan lainnya adalah merebut sebagai kabupaten yang mampu menciptakan  good goverment.
Lamongan memiliki tradisi dan budaya yang beragam (multi culture). Warga lamongan sangat dikenal memiliki etos yang tinggi, pekerja keras, dan tidak mudah menyerah. Orang Lamongan sangat menghargai kesempatan dan waktu untuk digunakan hal-hal produktif. Orang Lamongan, baik laki-laki maupun perempuan memiliki kesempatan yang sama untuk bekerja di sektor apa pun. Namun yang lebih mengesankan adalah adanya kerjasama dan komunikasi yang baik antara suami dan istri yang rela saling berbagi pekerjaan demi menunjang kesuksesan keluarga.
Mayoritas mata pencarian warga Lamongan adalah petani dan nelayan. Sisanya ada yang menjadi pedagang, Guru, PNS, dan TKI di negara jiran Malaysia. Budaya warga Lamongan adalah tidak selalu menggantungkan seorang suami sebagai kepala keluarga, tetapi suami-istri sama-sama mengambil peran masing-masing. Orang Lamongan suka hidup apa adanya, tanpa harus menunjukkan sesuatu yang bukan menjadi milik dan kepunyaannya. Kehebatan budaya Lamongan ialah semangat menghargai dan mencintai kebersamaan dalam berbagai keberbedaan yang ada. Budaya seperti itu dapat tumbuh dan berkembang dengan baik dalam lingkup keluarga, dan lebih-lebih di tengah kehidupan masyarakat.

Wilayah Lamongan terbagi menjadi beberapa bagian, yakni pesisir, tengah kota dan pedalaman. Ketiga wilayah itu selain memiliki kesamaan juga memiliki kharakteristik dan ciri berbeda. Biasanya, budaya pesisir dikenal sebagai budaya yang keras dan orang-orangnya bermental pantang menyerah. Warga pesisir dijuluki sebagai warga yang berperilaku religius. Paham keagamaan mereka sangat kuat dan rajin (taat) menjalankan ibadah. Shalat jama’ah lima waktu dibeberapa masjid dan mushalla tampak ramai seperti halnya shalat jum’at. Demikian halnya dengan puasa, walau mereka bekerja sangat berat dan menantang karena sengatan matahari yang begitu panas, akan tetapi mereka jarang sekali meninggalkan puasanya hanya gara-gara pekerjaan dan sengatan terik matahari
.Sejak kepemimpinan Bupati Masfuk sepuluh tahun silam, Lamongan bagaikan disulap menjadi daerah yang maju, inovatif dan terkelola dengan baik. Potensi daerah yang selama ini masih belum tergali dan dimanfaatkannya, kini dioptimalkan dengan sangat luar biasa. Sebut saja misalnya, Masfuk membangun Wisata Bahari Lamongan (WBL), melengkapi Goa Maharani dengan sejumlah binatang yang saat ini menjadi Maharani Zoo, mendirikan hotel yang stategis di pesisir Laut Tanjung Kodok, membangun pelabuhan, pusat-pusat perbelanjaan, hingga sampai penciptaan becak bermotor, agar orang yang meraik becak tidak lagi bermodalkan “dengkul” tatapi dengan mesin.
Saat ini ikon Lamongan terpusat pada WBL, sebagai tempat jujukan para wisatawan yang datang dari mana pun. Sekalipun Lamongan memiliki wisata yang begitu eksotik, tetapi Lamongan tidak mau meninggalkan budayanya, yaitu religius. Lihat saja, di area WBL dibangun sebuah Masjid yang megah dan strategis bagi para pengunjung yang akan menunaikan shalat. Para wisatawan yang hendak shalat tidak perlu lagi menemui kesulitan mencari tempat shalat sebagaimana tempat wisata lainnya. Itulah sebuah ciri khas Lamongan yang sekalipun mengusung budaya modern, tetapi tetapi menghargai dan melestarikan nilai-nilai yang religius yang masih kental diyakini orang.
Keberadaan WBL tidak lepas dari sebuah masyarakat pesisir Paciran-Lamongan. Masyarakat ini dikenal sangat kuat mempertahankan nilai-nilai religiusnya. Bahkan, untuk hari libur saja, orang Paciran lebih memilih hari jum’at ketimbang hari minggu. Tentu saja budaya tersebut lahir, bukan tanpa maksud. Bahwa hari jum’at adalah hari yang harus di hormati, karena seorang laki-laki wajib shalat jum’at. Sehingga sekolah/madrasah liburnya memilih hari jum’at, bahkan beberapa pekerja (nelayan dan buruh), memilih jum’at sebagai hari libur. Begitu kental masyarakat Paciran menghormati dan mengamalkan tradisi dan budaya agama Islam.
 Selain itu, Lamongan juga dikenal sebagai tempat makam salah satu walisongo, yaitu Sunan Drajat. Sunan Drajat adalah seorang wali yang hidupnya sangat sederhana dan memiliki kekhasan dalam berdakwah. Sunan Drajat berhasil mengislamkan daerah pesisir tanpa harus konfrontasi (berkonflik) dengan adat istiadat dan budaya setempat. Islam yang diajarkan Sunan Drajat adalah Islam mengayomi dan melindungi semua warga masyakatnya.
Tidak luput perhatian dari pemimpin Lamongan, Masfuk memainkan Makam Sunan Drajat sebagai potensi religi yang sangat penting untuk dikelola sebagai tempat wisata yang menguntungkan daerah dan masyarakat sekitar. Potensi ekonomi menjadi hidup berdampingan dengan wisata religi yang menyatu dengan daerah setempat. Setelah dibangun dan dilengkapi dengan berbagai pusat perbelanjaan, kini pengunjung Makam Sunan Drajat datang dari berbagai wilayah di Indonesia.

Sumber potensi lamongan lainnya adalah padi dan ikan. Untuk Propinsi Jawa Timur, Lamongan telah surplus menyumbangkan beras untuk masyarakatnya dan kelebihannya di ekspor ke luar daerah Lamongan. Lamongan termasuk lumbungnya padi. Demikian halnya dengan ikan, Lamongan memiliki Tempat Pelelangan Ikan (TPI) terbesar di Jawa Timur, yaitu pelabuhan Brondong yang dulu diresmikan oleh Presiden Soeharto Tahun 1980an. Ikan yang bongkar muat di pelabuhan Brondong mampu mesuplai semua warga Lamongan hingga dapat dikomsumsi sampai ke berbagai daerah di pulau Jawa dan keluar pulau Jawa.
Dari cabang olah raga, Lamongan juga dikenal dengan sepak bolanya. Persatuan Sepak Bola Lamongan (Persela) mampu mengangkat reputasi nama Lamongan di pentas nasional. Persela beberapa kali telah menorehkan juara I Propinsi Jawa Timur. Dari sekian banyak kemajuan yang ditorehkan Lamongan tersebut, yang perlu mendapat aksentuasi (perhatian/penekanan) yaitu adanya sikap mau maju, serius dan komitmen dalam memegang tugas dan amanah..
 Kota Lamongan terkenal banyak budayanya diantaranya yaitu Tari Boran, Tari Mayang Madu, Tari Turonggo Solah, Tari Caping Ngancak, Tari Silir-silir, dan Tari Sinau. Jika kita berkunjung ke Kota Lamongan kita akan menjumpai berbagai makanan yang terdapat di Kota Lamongan salah satunya makanan khas Lamongan, diantaranya Soto Lamongan, Nasi Boran, Rujak Cingur, Tahu Lontong/Tahu Telur, Tahu Campur Lamongan. Kota Lamongan juga mempunyai minuman khas yaitu Es Dawet Ental/siwalan. Selain itu, Kota Lamongan mempunyai bermacam-macam oleh-oleh khas yaitu Wingko Babat, Ental, Jumbreg, Tas Enceng Gondok, Empeng/Marneng.

 
Lambang kota malang





nasi boran kota lamongan
 

tari boran kota lamongan





Tidak ada komentar:

Posting Komentar